Selasa, 19 Agustus 2014

LINGGA DAN YONI: SEBUAH JEJAK BUDAYA DI KECAMATAN BOJA DAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL



Kecamatan Boja dan Limbangan adalah dua dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Kendal. Letaknya kurang lebih 30KM kearah selatan dari pusat pemerintahan kabupaten. Namun meski jauh dari pusat pemerintahan, Boja dan Limbangan tidak menjadi daerah tertinggal. Boja merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang, sehingga pembangunan di kecamatan Boja relatif cepat. Sementara Kecamatan Limbangan dikenal oleh masyarakat Kabupaten Kendal dan sekitarnya karena memiliki objek wisata pemandian air panas Gonoharjo, atau biasa disebut Nglimut.
Icon dari Kecamatan Boja adalah pasar, yang merupakan tempat berlangsunya kegiatan ekonomi. Penjual dan pembeli yang ada di Pasar Boja tidak hanya berasal dari masyarakat Desa Boja, tetapi juga dari Kecamatan Limbangan, Kecamatan Singorojo, Kecamatan Kaliwungu, dan bahkan dari Bandungan. Masyarakat sekitar Boja jika mengatakan “akan pergi ke Boja” berarti tempat yang dituju adalah pasar.
Ditengah riuhnya kegiatan perekonomian di Kecamatan Boja, ada satu sudut yang mungkin tidak diperhatikan oleh banyak orang, yakni jejak sejarah yang ditunjukkan dengan keberadaan Benda Cagar Budaya. Desa Campurejo dan Desa Karangmanggis menyimpan Benda Cagar Budaya berupa lingga dan yoni yang bentuknya masih relatif utuh. 
Gambar 1 (Yoni di Desa Campurejo, Boja)

Yoni merupakan manifestasi dari alat kelamin perempuan, bentunya seperti lumpang (alat untuk menumbuk gabah), dimana berbentuk persegi dan memiliki lubang pada bagian tengah. Pada gambar diatas lubang ditutup menggunakan batu yang juga dibentuk sedemikian hingga agar terlihat lebih cantik. Pada gambar berikutnya lubang yang berada ditengah yoni terlihat lebih jelas, karena tidak ada penutupnya.

Gambar 2 (Yoni di Desa Karangmanggis, Boja)
Sekitar lima tahun yang lalu ketika gambar ini diambil, yoni yang berada di Desa Campurejo masih dirawat dengan baik oleh masyarakat. Yoni tersebut terletak ditengah kebun bambu yang dipagari oleh tembok sebatas dada manusia dewasa. Bunga kenanga beralaskan daun pisang yang terletak diatas yoni dan kemenyan yang diletakkan disamping yoni dengan alas selembar genting, seperti dapat terlihat pada gambar 1, merupakan sesaji yang diberikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat mempercayai bahwa yoni tersebut merupakan tempat tinggal Nyi Kentheng, yang merupakan danyang atau penguasa Desa Campurejo.
Kepercayaan tersebut merupakan suatu bentuk dari dinamisme yang hingga saat ini masih diwarisi oleh masyarakat Desa Campurejo. Kepercayaan mengenai suatu Benda Cagar Budaya memiliki kekuatan magis atau merupakan tempat keramat, tentu berdampak positif pada kelstarian Benda Cagar Budaya itu sendiri. Dengan masyarakat mengeramatkan, maka masyarakat akan merawat dan tidak merusak, sehingga kelestarian Benda Cagar Budaya dapat terjaga.
Gambar diatas merupakan lingga dan yoni yang terletak di Desa Gonoharjo Kecamatan Limbangan. Posisi lingga berada diatas yoni yang menjulang. Bentuk lingga lebih sederhana, seperti batang yang bertingkat. Lingga adalah pasangan dari yoni, yakni merupakan manifestasi alat kelamin laki-laki.
Makna yang diwujudkan dalam bentuk lingga dan yoni adalah makna kesuburan. Subur tidak hanya diartikan sebagai kesuburan manusia dalam bereproduksi, tetapi lebih pada budaya yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat agraris, dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Kegiatan pertanian tidak mungkin berjalan tanpa didukung oleh alam yang subur. Inilah makna secara umum yang digambarkan oleh masyarakat Indonesia melalui lingga dan yoni.

1 komentar:

  1. Mohon info petunjuk lebih jelas menuju yoni karangmanggis dan gonoharjo...
    salam.. pecinta candi http://sasadaramk.blogspot.com/

    BalasHapus