Kecamatan Boja dan Limbangan
adalah dua dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Kendal. Letaknya
kurang lebih 30KM kearah selatan dari pusat pemerintahan kabupaten. Namun meski
jauh dari pusat pemerintahan, Boja dan Limbangan tidak menjadi daerah
tertinggal. Boja merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota
Semarang, sehingga pembangunan di kecamatan Boja relatif cepat. Sementara
Kecamatan Limbangan dikenal oleh masyarakat Kabupaten Kendal dan sekitarnya
karena memiliki objek wisata pemandian air panas Gonoharjo, atau biasa disebut
Nglimut.
Icon dari Kecamatan Boja adalah
pasar, yang merupakan tempat berlangsunya kegiatan ekonomi. Penjual dan pembeli
yang ada di Pasar Boja tidak hanya berasal dari masyarakat Desa Boja, tetapi juga
dari Kecamatan Limbangan, Kecamatan Singorojo, Kecamatan Kaliwungu, dan bahkan
dari Bandungan. Masyarakat sekitar Boja jika mengatakan “akan pergi ke Boja”
berarti tempat yang dituju adalah pasar.
Ditengah riuhnya kegiatan
perekonomian di Kecamatan Boja, ada satu sudut yang mungkin tidak diperhatikan
oleh banyak orang, yakni jejak sejarah yang ditunjukkan dengan keberadaan Benda
Cagar Budaya. Desa Campurejo dan Desa Karangmanggis menyimpan Benda Cagar
Budaya berupa lingga dan yoni yang bentuknya masih relatif utuh.
Gambar 1
(Yoni di Desa Campurejo, Boja)
Yoni merupakan manifestasi dari
alat kelamin perempuan, bentunya seperti lumpang
(alat untuk menumbuk gabah), dimana berbentuk persegi dan memiliki lubang pada
bagian tengah. Pada gambar diatas lubang ditutup menggunakan batu yang juga dibentuk
sedemikian hingga agar terlihat lebih cantik. Pada gambar berikutnya lubang
yang berada ditengah yoni terlihat lebih jelas, karena tidak ada penutupnya.
Sekitar lima tahun yang lalu
ketika gambar ini diambil, yoni yang berada di Desa Campurejo masih dirawat
dengan baik oleh masyarakat. Yoni tersebut terletak ditengah kebun bambu yang
dipagari oleh tembok sebatas dada manusia dewasa. Bunga kenanga beralaskan daun
pisang yang terletak diatas yoni dan kemenyan yang diletakkan disamping yoni
dengan alas selembar genting, seperti dapat terlihat pada gambar 1, merupakan
sesaji yang diberikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat mempercayai bahwa
yoni tersebut merupakan tempat tinggal Nyi Kentheng, yang merupakan danyang atau penguasa Desa Campurejo.
Kepercayaan tersebut merupakan
suatu bentuk dari dinamisme yang hingga saat ini masih diwarisi oleh masyarakat
Desa Campurejo. Kepercayaan mengenai suatu Benda Cagar Budaya memiliki kekuatan
magis atau merupakan tempat keramat, tentu berdampak positif pada kelstarian
Benda Cagar Budaya itu sendiri. Dengan masyarakat mengeramatkan, maka
masyarakat akan merawat dan tidak merusak, sehingga kelestarian Benda Cagar
Budaya dapat terjaga.
Gambar
diatas merupakan lingga dan yoni yang terletak di Desa Gonoharjo Kecamatan
Limbangan. Posisi lingga berada diatas yoni yang menjulang. Bentuk lingga lebih
sederhana, seperti batang yang bertingkat. Lingga adalah pasangan dari yoni,
yakni merupakan manifestasi alat kelamin laki-laki.
Makna yang diwujudkan dalam
bentuk lingga dan yoni adalah makna kesuburan. Subur tidak hanya diartikan
sebagai kesuburan manusia dalam bereproduksi, tetapi lebih pada budaya yang
dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai
masyarakat agraris, dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian
sebagai petani. Kegiatan pertanian tidak mungkin berjalan tanpa didukung oleh
alam yang subur. Inilah makna secara umum yang digambarkan oleh masyarakat
Indonesia melalui lingga dan yoni.
Mohon info petunjuk lebih jelas menuju yoni karangmanggis dan gonoharjo...
BalasHapussalam.. pecinta candi http://sasadaramk.blogspot.com/